Selasa, 14 Mei 2013

Budidaya Ikan Nila – Penyakit dan Cara Pencegahannya

By. Rai Agung Irfan S, A.Md


Hama dan penyakit dalam budidaya pembesaran ikan air tawar sering kali menjadi kendala utama yang merugikan petani. Hal ini juga bisa terjadi pada budidaya ikan nila. Untuk itu, kita harus mengetahui jenis-jenis penyakit maupun gangguan hama sehingga kita sesegera mungkin dapat mencegahnya.

HAMA

a) Bebeasan (Notonecta)
Hama ini cuuku berbahaya bagi benih karena sengatannya. Pengendalian:  tuangkan minyak tanah ke permukaan air 500 cc/100 meter persegi.
b) Ucrit (Larva cybister)
Menjepit badan ikan dengan taringnya hingga robek. Pengendalian: hindari bahan organik menumpuk di sekitar kolam.
c) Kodok
Makan telur telur ikan. Pengendalian: sering kontrol telur yang mengapung, tangkap dan buang hidup-hidup.
d) Ular
Menyerang benih dan ikan kecil. Pengendalian: lakukan penangkapan; pemagaran kolam.
e) Lingsang
Memakan ikan pada malam hari. Pengendalian:pasang jebakan berumpun.
f) Burung
Memakan benih yang berwarna menyala seperti merah, kuning. Pengendalian: diberi penghalang bambu agar supaya sulit menerkam; diberi rumbai-rumbai atau tali penghalang.

PENYAKIT

a) Penyakit pada kulit
Gejala: pada bagian tertentu berwarna merah, berubah warna dan tubuh berlendir.
Pengendalian:
  1. Direndam dalam larutan PK (kalium permanganat) selama 30-60 menit dengan dosis 2 gram/10 liter air,pengobatan dilakukan berulang 3 hari kemudian.
  2. Direndam dalam Negovon (kalium permanganat) selama 3 menit dengan dosis 2-3,5 %.
b) Penyakit pada insang
Gejala: tutup insang bengkak, Lembar insang pucat/keputihan.
Pengendalian
  1. Direndam dalam larutan PK (kalium permanganat) selama 30-60 menit dengan dosis 2 gram/10 liter air,pengobatan dilakukan berulang 3 hari kemudian.
  2. Direndam dalam Negovon (kalium permanganat) selama 3 menit dengan dosis 2-3,5 %.
c) Penyakit pada organ dalam
Gejala: perut ikan bengkak, sisik berdiri, ikan tidak gesit.
Pengendalian:
  1. Direndam dalam larutan PK (kalium permanganat) selama 30-60 menit dengan dosis 2 gram/10 liter air,pengobatan dilakukan berulang 3 hari kemudian.
  2. Direndam dalam Negovon (kalium permanganat) selama 3 menit dengan dosis 2-3,5 %.
Secara umum hal-hal yang dapat dilakukan untuk dapat mencegah timbulnya penyakit dan hama pada budidaya ikan nila adalah sebagai berikut:
  1.   Pengeringan dasar kolam secara teratur setiap selesai panen.
  2. Pemeliharaan ikan yang benar-benar bebas penyakit.
  3. Hindari penebaran ikan secara berlebihan melebihi kapasitas.
  4. Sistem pemasukan air yang ideal adalah paralel, tiap kolam diberi satu pintu pemasukan air.
  5. Pemberian pakan cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya.
  6. Penanganan saat panen atau pemindahan benih hendaknya dilakukan secara hati-hati dan benar.
  7. Binatang seperti burung, siput, ikan seribu (lebistus reticulatus peters) sebagai pembawa penyakit jangan dibiarkan masuk ke areal perkolaman.
sumber: agromaret

Mengenal Jenis – jenis Ikan Mas Koi

By. Rai Agung Irfan S, A.Md

Budaya ikan mas koi sebagai ikan hias pada mulanya berasal dari Jepang. Sebenarnya ikan koi adalah ikan mas hasil persilangan dari beraneka warna ikan mas(karper). Bertahun-tahun yang lalu, para petani di Niigata Jepang membutuhkan sumber protein selama musim dingin yang panjang . Mereka memelihara ikan karper di kolam sampai mereka mencapai ukuran tertentu. Pada akhirnya para petani menyadari bahwa beberapa dari ikan mas tersebut memiliki warna yang berbeda, sehingga mereka terus memelihara dan dibesarkan. Dari situlah awal pembudidayaan ikan koi dimulai sehingga sampai beberapa ratus tahun kemudian mengalami perkembangan yang cukup pesat.

Seiring berkembangnya budidaya ikan koi, Jenis ikan koi mengalami perkembangan dan pertumbuhan menjadi banyak jenis. Jenis-jenis ini didasarkan pada pola warna koi, sisik dan lain-lain. Pada akhirnya banyak sekali jenis-jenis ikan koi yang disusun dalam klasifikasi ikan koi sebagai identifikasi. Dalam masing-masing kelas ini ada beberapa sub Kategori yang ragamnya juga cukup banyak . Klasifikasi Ikan Koi yang umum terdiri atas tipe Koi Gosanke, Shiro, Utsurimono, Asagi, Tancho, Hikarimono, Goromo, Hikarimoyo, Matsuba, dan Kawarimono. Berikut ini adalah pembahasan mengenai masing-masing jenis pada klasifikasi koi:

1. Gosanke

Klasifikasi Koi Gosanke merupakan Koi yang paling populer dan banyak ditemukan di kalangan para penggemar Koi. Yang termasuk dalam kategori ini adalah Kohaku, Sanke, dan Showa. Keluarga Gosanke merupakan kombinasi Koi dengan warna Hitam, Merah dan putih. Kecuali Kohaku yang tidak memiliki unsur warna hitam.
Kohaku

Kohaku merupakan Koi dengan warna Merah dan Putih. Pola merah disebut Hi. Hi harus tebal dengan tepi yang baik. Ada berbagai macam perbedaan pola warna Kohaku . Ada yang putus, ada yang besar dan menyapu.Kohaku yang baik memilikii pola yang tidak turun melewati mata dan seimbang.











 Sanke

Sanke merupakan koi seperti pola Kohaku (hitam putih) , tetapi mereka memiliki pola hitam di sepanjang punggung mereka. Pola hitam disebut Sumi. Mencari Sanke yang baik adalah seperti memiliki pola Hi Kohaku . Pola hitam tidak boleh muncul di kepala . Sanke merupakan persilangangan Kohaku dengan Shiro Bekko.











Showa

Showa merupakan Koi dengan warna Putih, Hitam dan Merah. Showa biasanya merupakan hasil persilangan antara Kohaku dan Shiro Utsuri.

 

 

 

 

 

 

 

2. Bekko

Bekko is colored Koi type with a black pattern.
Shiro Bekko

Shiro Bekko adalah jenis Koi berkulit putih dengan pola hitam kecil-kecil. Pola (hitam) sumi pada Shiro Bekko harus seimbang dan memiliki tepi tajam (Kiwa). Shiro Utsuri dan Shiro Bekko memiliki kemiripan, karena pola warnanya sama. Perbedaan antara Shiro Bekko Dan Shiro Utsuri adalah pada Shiro Utsuri memiliki pola warna hitam yang lebih besar hitam sedangkan Shiro Bekko memiliki sedikit warna hitam.










Ki Bekko

Ki Bekko merupakan Koi berwarna kuning dengan pola hitam di atasnya. Seperti halnya Shiro Bekko, tapi warna dasarnya kuning cerah. Pola (hitam) sumi pada Ki Bekko harus seimbang dan memiliki tepi (kiwa) tajam. Ki Bekko agak jarang daripada sepupu nya, Shiro Bekko.












Aka Bekko

Aka Bekko merupakan koi merah dengan pola hitam di atasnya. Warna hitam membentuk spot yang menarik dan indah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3. UTSURIMONO

The black Koi with a colored pattern.
Shiro Utsuri

Shiro Utsuri, merupakan koi hitam dan putih dengan pola warna yang unik dan menarik. Bagian kepala Shiro utsuri terdiri atas warna hitam dan putih, tidak boleh hanya terdiri atas satu warna saja( Hitam saja atau putih saja). Berbeda dengan shiro bekko, shiro utsuri merupakan koi dengan warnadasar hitam.

 Ki Utsuri

Ki Utsuri hampir sama dengan Shiro Utsuri, hanya saja warna pada Ki Utsuri adalah kuning dan Hitam. Pola warna dan kriteria penilaian sama dengan Shiro Utsuri.














Hi Utsuri

Hi Utsuri merupakan Koi dengan warna merah dan hitam yang membentuk pola unik dan menarik.

 

 

 

 

 

 

 

4. ASAGI

ASAGI

Asagi merupakan jenis koi yang sudah cukup lama keberadaannya. Asagi merupakan Koi Biru dengan perut berwarna merah, keindahan asagi ada pada pola yang utama adalah sisik yang nampak seperti pola berupa jaring tipis diatas warna dasar indigo. Idealnya Asagi memiliki kepala yang putih bersih.













SHUSUI

Shusui merupakan jenis koi dari keluarga asagi namun tidak memiliki sisik. Sisik pada shusui hanya ada pada bagian punggung saja. Warna sisik idealnya berwarna gelap dan ada sepanjang punggung secara lengkap dan rapi.

 

 

 

 

 

 

5. Tancho

TANCHO GOROMO

Tancho Goromo merupakan koi yang memiliki pola bulat pada bagian kepala, yang berupa pola Goromo/anggur.














TANCHO KOHAKU

Tancho Kohaku merukana koi putih dengan bulatan merah di kepala. Semakin bulat dan tajam semakin menambah keindahan koi jenis ini.

 
TANCHO GOSHIKI

 
















TANCHO KUJAKU
Tancho Goshiki memiliki pola tancho di kepala dengan warna dan sisik badan adalah koi jenis goshiki.















TANCHO SANKE

 

 

 

 

 

 

 

 

 

6. Hikarimono

Hikarimono adalah metallic Koi atau koi dengan warna keemasan yang kemilau. Warna Hikarimono adalah warna tunggal misalnya kuning kemilau, orange dan lain-lain. Disebut juga dengan Hikarimuji . Hikari berarti mengkilap.
  • Nezu Ogon, Koi dengan warna abu-abu kemilau
  • Orenji Ogon, Koi dengan warna orange kemilau
  • Platinum Ogon, Koi putih kemilau/silver
  • Yamabuki Ogon, Koi Berwarna Kuning kemilau

7. Goromo

  • Ai goromo
  • Budo Goromo
  • Sumi Goromo

8. Hikarimoyo

  • Kin Showa
  • Kujaku
  • Yamato Nishiki
  • Doitsu Hariwake
  • Kikusui

9. Matsuba

  •  Shiro Matsuba
  • Aka Matsuba

10. Kawarimono

  • Ochiba Shigure
  • Kumonryu
  • Beni Kumonryu
  • Benigoi
  • Karasugoi

11. Haijiro

  • Aka Haijiro
  • Chagoi
  • Kigoi
  • Midorigoi
  • Soragoi
(sumber:centralkoi)

Senin, 13 Mei 2013

Faktor Penentu Keberhasilan Budidaya Gurame di Kolam

By. Rai Agung Irfan S, A.Md

Ikan gurame sangat digemari oleh masyarakat kita sebagai ikan konsumsi. Dagingnya padat, durinya besar-besar, rasanya enak dan gurih. Gurame hampir selalu tersedia di restoran, dapat dijadikan berbagai macam masakan terutama gurami bakar dan gurami asam-manis. Ikan ini berharga cukup mahal. Oleh karena itu, budidaya ikan gurame patut dijadikan inspirasi untuk menambah penghasilan kita.
Dalam usaha budidaya ikan gurame, tentu saja kita harus memperhatikan beberapa aspek supaya hasilnya bisa maksimal, di
antaranya:

Aspek Teknis Budidaya Ikan Gurame

1. Lokasi
Dalam pemilihan lokasi, tekstur tanah adalah bagian yang perlu diperhatikan. Jenis tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat berpasir (Badan Standardisasi Nasional, 2006). Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.

2. Kemiringan tanah
Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3?5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi. Kawasan perkolaman bebas banjir dan penceamaran serta sesuai dengan rencana tata ruang dan wilayah. Ikan gurami dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian 1?400 m di atas permukaan laut (Badan Standardisasi Nasional, 2006).

3. Sumber air
Sumber air merupakan faktor dominan yang menentukan keberhasilan budidaya gurami dengan kualitas air yang baik. Sumber air dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu air permukaan dan air tanah. Air permukaan adalah air yang mengalir masuk ke kolam mengikuti arah gravitasi misalnya saluran irigasi, air hujan, air sungai, air danau dan mata air. Air tanah yang berasal dari sumur, baik sumur artesis maupun sumur dalam. Air yang baik yaitu tidak tercemar oleh cemaran fisik, kimia dan biologi dari alam, industri, pemukiman dan pertanian (Badan Standardisasi Nasional, 2006). Salah satu syarat utama budidaya gurami adalah air yang bersih. Karena itu hindari pemakaian air yang keruh dan kotor. Sebab jika kotoran itu bercampur dengan pakan, bakal memicu timbulnya bakteri, parasit dan cacing (Agus, 2001).

4. Kualitas Air
Konsentrasi oksigen terlarut sangat penting bagi parameter kualitas air karena dibutuhkan dalam berbagai aktifitas fisik ikan. Kandungan oksigen optimum yang dapat menunjang pertumbuhan ikan adalah 2 mg/l (Badan Standardisasi Nasional, 2006).

Gurami tergolong ikan yang sangat peka terhadap perubahan suhu. Menurut Khairuman dkk (2003) gurami tergolong ikan yang peka terhadap suhu rendah sehingga jika suhu perairan lebih rendah daripada kisaran suhu optimal, gurami tidak akan produktif. Ikan mempunyai batas suhu tinggi dan rendah serta suhu optimal untuk pertumbuhan, inkubasi telur, konversi makanan dan resistensi/ketahanan terhadap penyakit tertentu. Batas optimim suhusangat bergantung pH, kandungan oksigen dan faktor lain seperti ketinggian tempat, kedalaman air dan cuaca. Suhu optimal untuk pertumbuhan adalah 25?300C (Badan Standardisasi Nasional, 2006).

Ikan gurami dapat tumbuh dengan baik pada perairan dengan kisaran pH 5?10. Namun pH optimum yang dapat menunjang perkembangan dengan baik adalah 6,5?8,5 (Badan Standardisasi Nasional, 2006). Cara menetralkan pH yang terlalu asam dilakukan dengan penambahan kapur (CaCO3) atau soda kue ke dalam air dan jika terlalu basa dilakukan dengan penambahan asama fosfor (Agus, 2001).
Sisa pakan berlebih merupakan sumber amoniak. Pada pH tinggi, amoniak menjadi bentuk tidak ter?ion yang beracun. Perubahan mendadak dapat mengakibatkan insang rusak. Nafsu makan ikan dan pertumbuhan akan terhambat pada konsentrasi 0,08 mg/l, dan kematian akan terjadi pada 0,1 mg/l.
Fluktuasi (perubahan) alkalinitasyang cukup drastis akan membahayakan ikan. Kejadian itu dapat dicegah bila perairan mempunyai system buffer yang memadai (mengandung mineral bikarbonat, bikarbonat, borat dan silikat).

Kekeruhanmempengaruhi daya ikat air terhadap oksigen. Air keruh menyebabkan ikan kekurangan oksigen, nafsu makan berkurang, batas pandang ikan berkurang serta tertutupnya insang oleh partikel lumpur. Menurut Khairuman dkk (2003), gurami paling menyukai perairan yang jernih, tenang dan tidak banyak mengandung lumpur. Kecerahan air optimum yang dapat menunjang kehidupan ikan gurami yaitu 40?60 cm (Badan Standardisasi Nasional, 2006).

Aspek Ekonomis Budidaya Ikan Gurame

Lahan yang digunakan dapat menunjang keberlangsungan usaha budidaya, antara lain akses jalan dan pasar. Kemudahan transportasi dapat memperlancar penyediaan sarana dan prasarana budidaya. Kemudahan memasarkan hasil panen ke pasar bahkan pembeli bisa langsung dapat mendatangi lokasi panen budidaya dan memberi tambahan keuntungan bagi pembudidaya.

Aspek Sosial Budidaya Ikan Gurame
Area budidaya harus memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar, antara lain meningkatnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat, kesempatan usaha dan penyerapan tenaga kerja, serta memenuhi kebutuhan protein hewani. Dengan pemberdayaan masyarakat di sekitar lokasi dapat menjamin keamanan areal budidaya dan keberhasilan usaha.
sumber : Ditjen Perikanan Budidaya

Minggu, 12 Mei 2013

Menjaga Kekebalan Tubuh dan Pencegahan Penyakit Ikan Budidaya

By. Rai Agung Irfan S, A.Md



Dalam usaha budidaya ikan air tawar, menjaga ikan agar tetap sehat adalah salah satu kunci sukses budidaya. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kekebalan dan daya tahan tubuh ikan, namun pada prinsipnya pencegahan dapat ditinjau berbagai pendekatan lingkungan, inang dan pathogen.

Pendekatan Lingkungan
Dilakukan dengan menjaga kualitas air supaya tetap mendukung bagi kehidupan ikan, menjaga wadah budidaya tetap bersih dan sehat dan menghindari pengggantian air yang mendadak sehingga tidak menyebabkan ikan menjadi stress. Selain itu penggunaan probiotik/bioremediasi kini sudah banyak dilaksanakan.

Pendekatan Inang
Dilakukan dengan cara penanganan ikan yang baik/tidak kasar, sehingga tidak mengakibatkan ikan menjadi luka/lecet dan tidak stress, pengaturan kepadatan ikan yang disesuaikan dengan ukuran ikan dan daya dukung lahan, pemberian pakan yang tepat mutu (mengandung bahan nutrisi yang diperlukan oleh ikan). Pakan yang diberikan harus sesuai dengan ukuran bukaan mulut ikan (tepat ukuran).
Selain itu pemberian pakan harus tepat waktu pemberian artinya kapan waktu yang tepat untuk memberi pakan. Misalnya untuk ikan yang sifatnya nocturnal (misalnya ikan Lele) pakan porsi terbanyak sebaiknya diberikan pada waktu sore atau malam hari. Sedangkan bagi ikan yang non-nocturnal maka pakan bisa diberikan pagi, siang dan sedikit pada waktu sore hari. Guna menjaga kesehatan ikan juga dapat dilakukan dengan menimbulkan kekebalan ikan. Kekebalan pada ikan dapat dibedakan menjadi kekebalan yang specific (humoral) dan kekebalan non-specific (selular/cell-mediated immunity).
Kekebalan spesifik artinya kekebalan yang dibentuk hanya efektif untuk mencegah terhadap suatu patogen tertentu. Misalnya pemberian vaksin anti Vibrio pada ikan maka kekebalan yang terbentuk hanya mampu untuk mencegah penyakit akibat infeksi bakteri Vibrio sp. Sedang kekebalan yang non-spesific adalah kekebalan yang dibentuk untuk sebagai anti dari berbagai infeksi. Kekebalan seperti ini biasa diproduksi dengan cara pemberian immunomodulator yaitu antara lain Vitamin C, Lypopolysaccharide (LPS), dan  glucan.

Pendekatan Patogen
Pada prinsipnya kita menjaga supaya virulensi patogen tidak meningkat. Virulensi patogen biasanya berkaitan erat dengan makin memburuknya lingkungan dan juga dengan derajat stres dari inangnya. Jadi supaya patogen tidak meningkat patogenitasnya kita harus menjaga agar kondisi lingkungan tidak semakin buruk dan menjaga agar inang tetap dalam keadaan kondisi yang prima. Kondisi lingkungan yang makin buruk akan memacu perkembangan patogen lebih meningkat.

Pada intinya, mencegah penyakit dapat dilakukan melalui:
a). Manajemen Budidaya secara menyeluruh, termasuk di dalamnya penerapan padat tebar yang disesuaikan dengan daya dukung lahan, melaksanakan,
b). Manajemen Lingkungan
c). Manajemen Pakan

Manajemen lingkungan yang dimaksud adalah menjaga lingkungan perairan supaya selalu berada dalam kondisi yang kondusif bagi kehidupan ikan dan tidak banyak menimbulkan tekanan. Pakan yang diberikan pada ikan harus tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu pemberian dan tepat ukuran.